Aku mencintaimu sejak…..
Suaranya … kembali mencabik sanubari
Berbeda dengan suaramu yang begitu dalam di tengah gemericik air
Suara itu seolah mencemooh dan menertawaiku yang mematikan suaraku sendiri
Katakan padaku wahai angin penyampai rindu, kemana suaranya menyeretku sampai akhir?
Ada getar yang dulu sudah kulupakan
Alunan gitar yang lindap menyisakan perih
Suara nyanyian pria itu mendayu, berat, dan dalam berbicara padaku
Kemudian suaranya menggelegar menampar jiwa
Sosok ayah dari Puisi dan Sajak yang dulu menarikku dari gelap mata akan asmara
Jalan setapak dalam dasar hati menjadi terang
berpendar …. berpendar
menuntun pada sebuah kolam kenangan
Alunan saxophone mengiringiku dalam benak
melompat-lompat
Menilik kehidupan yang kecil amat
Mata merah, jiwanya serupa dengan seseorang yang dulu pernah ada
Siapa itu, siapa itu
Tulislah …. ujarnya
Rasa takut hanyalah sampul luar
Dasar hati tidak pernah bisa terselami tuntas
Jalurnya begitu berbeda dariku
Tetapi ku yakin,
anggukannya menandakan puisiku berakhir
Selamat datang, prosa dan dialog!