Masalah belajar adalah suatu kondisi tertentu yang dialami oleh murid dan menghambat kelancaran proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan.
Klasifikasi kesulitan belar peserta didik dapat dibedakan menjadi:
- Kesulitan Belajar Perkembangan (Praakademik)
Meliputi : (a) gangguan perkembangan motorik atau gerak, (b) gangguan perkembangan sensorik atau penginderaan, (c) gangguan perkembangan perseptual atau pemahaman, (d) gangguan perkembangan perilaku. - Kesulitan Belajar Akademik
Meliputi : (a) disleksia, (b) disgrafia, (c) diskalkulia
Secara umum jenis-jenis kesulitan belajar dibagi menjadi:
- Learning disorder
- Learning disfunction
- Under achiever
- Slow learner
- Learning disabilities
Assesmen formal dan identifikasi kesulitan dan masalah belajar dalam hal ini merupakan proses untuk menemukan dan mengenali individu agar diperoleh informasi tentang jenis kesulitanbelajar yang dialami.
Assesmen menurut Harwall (2001) biasanya dilakukan oleh tim yang terdiri dari, psikolog sekolah, guru kelas, orang tua, ahli pendidikan, perawat sekolah, dan administrator sekolah. Namun tak jarang pula sekolah tidak memiliki tim yang lengkap. Sering didapati yang melakukannya ialah konselor sekolah, guru kelas, guru bk, orang tua peserta didik, dan administrator sekolah.
Aspek yang dilakukan assesmen ialah assesmen intelektual, assesmen akademik, assesmen bahasa, assesmen kesehatan dan assesment kebiasaan.
Setelah assessmen dan identifikasi dilakukan, maka hal selanjutnya ialah melakukan diagnosis. Diagnosis adalah keputusan mengenai hasil belajar dari pengolahan data tentang kesulitan yang dialami peserta didik.
Selanjutnya adalah prognosis, aktivitas penyusunan rencana atau program untuk dapat membantu mengatasi masalah dan kesulitan belajar. Dan yang terakhir adalah pemberian bantuan dan atau terapi. Terapi yang diberikan dapat berupa terapi obat, terapi perilaku, dan terapi suportif.
Metode pemberian bantuan dapat berupa bimbingan belajar kelompok, bimbingan belajar individu, pengajaran remedial, pemberian bimbingan pribadi, dan bila guru dan atau konselor tidak dapt mengatasi masalah peserta didik atau masalah belajar peserta didik berkaitan dengan mata pelajaran tertentu makan guru bk dapat melakukan referal kasus kepada pihak terkait.
UPAYA MEMBANTU PESERTA DIDIK YANG MENGALAMI MASALAH BELAJAR
Seperti yang sudah kita ketahui secara umum, upaya yang dapat dilakukan untuk membantu peserta didik bermasalah belajar adalah dengan melakukan remedial atau pengajaran perbaikan, melakukan kegiatan pengayaan, dan peningkatan motivasi belajar.
Dan seperti yang sudah dibahas pada materi sebelumnya bahwa masalah belajar beberapa di antaranya seperti berasal dari motivasi belajar, lambat belajar, dan bisa juga dari gangguan emosional.
- Motivasi belajar
Kelompok perilaku kurang motivasi belajar adalah:
Kelesuan dan ketidakberdayaan; malas, enggan, lambat, acuh tak acuh, apatis, sikap jasmani yang kurang baik, mual, pusing, dsb.
Penghindaran atau pelarian diri; bolos, tidak mencatat, pelupa, dsb
Penentangan; kenakalan seperti suka mengganggu, merusak, tidak menyukai sesuatu pelajaran, mengkritik, berdalih, dsb
Kompensasi; mencari kesibukan lain di luar pelajaran, mendahulukan pekerjaan yang tidak penting, mengerjakan tugas lain pada waktu belajar, dsb
- Upaya dari Konselor
- Konselor dapat memberikan informasi, penelasan disertai dengan contoh tentang pentingnya belajar,
- Pemberian reward dan hadiah, persaingan sehat antar peserta didik, pujian, dan hukuman (hanya bila ada kesalahan)
- Penghargaan terhadap pribadi anak; sikap menerima, menghargai pribadi peserta didik, membangkitkan dorongan kepada peserta didik,
- Penyampaian materi pelajaran oleh guru dengan diselingin humor, dan metode yang bervariasi
- Manifestasi gelaja lambat belajar dan upaya
Gelaja keterlambatan seperti lambat menerima dan mengolah pelajaran, mengerjakan tugas dan memahami isi bacaan.
Kurang kemampuan baik konsentrasi maupun menangkap, mengingat, memahami materi, kurang aserfit dan kurang berinteraksi.
Berprestasi rendah dan kelainan perilaku, serta sering melakukan kesalahan baik pada proses belajar, pun pengerjaan tugas.
Teknik bimbingan lebih bersifat operasional dalam mengatasi gejala lambat belajar. Dan slow learner biasanya membuutuhkan materi yang lebih ringan dan perhatian yang lebih besar. - Gangguan Emosional
- Perasaan takut, gugup, cemas menghadapi sesuatu
- Gangguan emosional ada yang tampak keluar dan dapat menimbulkan kesalahan fatal, menghilangkan konsentrasi, menguras tenaga dan stamina.
- Bisa juga tampak bukan dalam bentuk inferior, namun dalam bentuk perilaku agresif.
- Upaya
- Layanan bantuan langsung berfungsi untuk memberikan bimbingan pada peserta didik agar terjadi perubahan pada diri peserta didik
- Konseling; untuk membantu mengatasi gangguan emosional baik reaksi agresif maupun penarikan diri.
- Pemberian nasihat (diawali dengan pengungkapan data, tukar pendapat, berbagi pengalaman antara konselor dan peserta didik selaku klien)
- Pembangkitan motivasi
- Latihan dan pembiasaan
- Pemberian penguatan
Upaya Revolutif Secara Umum
Guru dan atau Konselor
- Guru perlu memaknai kembali tujuaan profesional sebagai guru, pengetahuan dasar mendidik anak atau peserta didik.
- Mengoptimalkan kecerdasan majemuk peserta didik
- Guru perlu mengembangkan pemikiran peserta didik, membangun jiwa peserta didik, dan menanamkan nilai ruhani
- Mengasah kreatifitas sebagai guru dengan moto “for children” (Fleksibel, Optimis, Respek, Cekatan, Humoris, Inspiratif, Lembut, Disiplin, Responsif, Empatik, Nge-friend)
- Teacher not only teach but also touch
Upaya melakukan revolusi belajar pada peserta didik
- Pemanfaatan teknologi dalam globalisasi
- Belajar dengan 4 tingkat: (1) Citra diri dan perkembangan pribadi, (2) Pelatihan keterampilan hidup, (3) Belajar tentang cara belajar dan cara berpikir, (4) Optimalisasi kemampuan akademik, fisik, dan artistik yang spesifik.
- Memaknai kembali tujuan belajar, berpikir terbuka, dan jernih mengomunikasikan
- Mengenali kemampuan otak sejak dini
- Memiliki revolusi cara belajar yang baik
- Dan optimalisasi tahun-tahun penting perkembangan peserta didik.
[1] E-Jurnal Magistra No. 73, 22September 2010, Yulinda Erna Suryani, S.Pd, M.Si, ISSN 0215-9511
[2] E-Jurnal Magistra No. 73, 22September 2010, Yulinda Erna Suryani, S.Pd, M.Si, ISSN 0215-9511
Materi selengkapnya dapat dibaca pada link berikut 🙂 Paper BM2B updated (1)
Reblogged this on manan konseling.
LikeLike