Perlu diketahui bahwa penulisan ini ditulis pada tahun 2015. Dan akan ada banyak perubahan yang terjadi setelah penulisan ini diselesaikan. Satu hal yang pasti adalah bahwa setiap kejadian selalu memiliki makna yang luas dan dual-meaning.
Kejadian ini hanya perlu dijadikan pembelajaran dan sebagai bentuk nyata dari kejadian soal.
Jakarta, sebagai sebuat pusat kota yang menyimpan beragam kegiatan masyarakat sehari-hari. Dengan kondisi Jakarta yang padat penduduk, padat pembangunan, kerap kali membuat kota ini tidak luput dari kemacetan lalu lintas. Jakarta memang identik dengan banyak ragam kegiatan yang begitu menarik perhatian mengenai fenomena sosial yang sudah tidak bisa dipandang tabu lagi.
Ambil satu contoh saja yang terjadi dalam salah satu restoran kelas atas yang berada di kawasan Jakarta Pusat. Mungkin sebagian orang melihatnya biasa saja, restoran Eropa yang mahal sekaligus memiliki desain interior yang indah. Namun, berdasarkan pengamatan, pengalaman langsung, serta sumber informasi terpercaya, kita akan menguak banyak fenomena social terjadi di dalamnya.
Pernah di suatu waktu, bisa ketika makan siang atau makan malam. Bisa di hari biasa, atau akhir pekan. Dan, inilah penuturan lengkapnya.
Kita dapat melihat ketika mobil keren berhenti di lobby restoran. Dan muncul seorang pengusaha kaya raya, jalannya begitu cepat, bicaranya tegas dan mengandung banyak makna, terkesan selalu serius dan hanya memikirkan bisnis serta hubungan relasi. Tetapi di lain waktu ketika ia datang bersama istrinya, ia melambatkan langkahnya, dan selalu menyodorkan tangannya pada istrinya, dapat dilihat bahwa istrinya memiliki kelainan pada kakinya. Tetapi kecantikan dan kecerdasannya terpancar begitu indah. Merekalah pemilik restoran Eropa yang terletak di tengah Jakarta.
Lalu pada waktu lain, sebuah Roll-Royce berhenti di lobby restoran, dan muncullah pria gemuk yang selalu memakai headset sebelah telinga sementara headset sebelah lagi dibiarkan terjatuh. Sementara jalannya santai, bicaranya kalau bukan tentang bisnis, maka tentang perempuan. Dan tak lama “penjilat”-nya segera menyusul datang. Ikut makan bersama, bertingkah selayaknya ia yang membayar makanan, pria genit yang selalu gencar mencari perempuan “extra”. Konon rumor yang beredar ialah perempuan itu disodorkan untuk bos-nya. Ya, pria tadi yang merupakan kakak dari pemilik restoran.
Tamu lain datang, seorang perempuan sunda yang lugu telah bermetamorfosis menjadi primadona tersembunyi. Khusus untuk seorang pria paruh baya, pebisnis besar, disegani, ramah, dan terkenal dengan kedermawanannya pada setiap staff di restoran. Ia senang sekali memberikan setiap orang uang tip. Perempuan tadi yang pada awalnya begitu manis dan malu-malu, tumbuh menjadi perempuan yang percaya diri, dan sudah tercampur hawa metropolis dalam dirinya. Sementara pria yang bersamanya, tentu saja istrinya cantik, anaknya tumbuh besar dan sopan, ia dikenal penyayang keluarga. Sungguh ironi bukan, bahwa ternyata sesungguhnya ia sedang menyakiti keluarganya dengan perselingkuhannya.
Pada suatu pesta ulang tahun seorang model kota (yang sebetulnya kurang terkenal, atau kami memang tidak gaul dalam dunia permodelan), pesta ulang tahun mendadak berubah menjadi sebuah pesta LGBT. Pria bersama pria dengan mesranya, tertawa lepas, perempuan cantik bersama seorang perempuan dengan perawakan laki-laki. Lalu ditambah salah satu staff pelayan yang juga seorang gay. Jakarta sudah biasa menjadi saksi bisu hal-hal itu.
Dengan kawan yang juga gay, apakah kami bisa menolak tidak berteman dengannya? Rasanya tidak bisa. Tetapi mereka adlah teman baik para perempuan. Mungkin karena perasaan mereka seperti perempuan pada umumnya, namun dengan versi lebih sensitive.
Hal lain yang begitu unik pun pernah terjadi, ketika seorang tamu WNI datang, dan menyampaikan kritik pada staff. Dan ketika staff memanggil Chef in charge untuk bertemu tamu, mendadak kritikan pedas berbunyi pujian. Dan dampak yang didapat ialah sikap tidak percaya Chef pada staff pelayan. Mengapa rasanya begitu ganjil jika melihat hal itu? Apakah karena Chef seorang WNA. Lalu mereka sungkan untuk menyampaikan kritikan secara jujur?
Tidak berhenti disini, seorang pria asing, sangat senang datang dengan pasangan yang selalu berbeda. Yang membuat wajah malu dan kesal adalah ketika pasangan yang ia bawa adalah gadis-gadis Indonesia yang entah bagaimana mereka sudah kehilangan rasa malu. Cantik? Tidak. Penuh nafsu? Mungkin ya. Hanya saja ketika itu dilakukan ditempat umum rasanya terlihat menjijikan.
Kenyataan bahwa Indonesia juga memiliki gangster atau mafia layaknya yakuza di Jepang tidak bisa dipungkiri. Bisnis mereka pusat perjudian Las Vegas. Dandanan mereka sudah sangat memperlihatkan bahwa mereka kelompok yang selalu dengan setelan jas hitam, kacamata hitam dan topi hitam. Tidak semua mengenakan topi dan kacamata hitam. Hanya dengan melihat mereka, aura mafia itu sudah terasa. Mereka galak? Tidak. Baik? Cenderung baik. Apa bahasan perbincangan mereka? Tentu bisnis mereka di Las Vegas yang besar dan dengan nominal angka nol yang begitu banyak. Ada artis papan atas yang terlibat? Ya.
Masih ada begitu banyak kisah dibalik salah satu restoran indepanden yang ada di pusat ibu kota. Tetapi mari kita akhiri dengan kisah indah tentang mantan presiden Republik Indonesia yang sering disebut dengan panggilan “Eyang”. Ajudannya yang setia menemani sejak awal karirnya, anak-anaknya yang begitu ramah dengan khas masing-masing, anak pertama cenderung perhitungan, anak kedua cenderung ramah dan royal. Eyang kerap kali dengan lembut menceritakan sosok istrinya yang begitu ia cinta. Meskipun sudah tidak ada raga bersamanya, seolah jiwanya menetap dalam relung Eyang. Ia begitu baik. Bahkan kisahnya diangkat ke layar lebar. Pernah suatu kali pemeran utama film itu datang untuk makan siang bersama Eyang dan keluarga. Menyebalkan ketika artis pria itu datang dengan wajah angkuh, dan tiba-tiba berubah penuh cinta ketika Eyang datang seraya memanggilnya “Papa”, bergegas dan memeluk Eyang.
Begitulah sekelumit fenomena sosial yang terjadi ditengah kota metropolis bernama Jakarta. Sudah bukan hal tabu. Tetapi sudah menuju pembenaran aksi, karena hamper semua melakukan, hamper semua membenarkan. Lalu bagaimanakan adat ketimuran Indonesia bisa tetap terjaga sementara budaya ini mulai mengakar kencang. Peran tenaga pendidik, orang tua, dan pemerintah perlu memberikan penanaman moral sedini mungkin dan berkesinambungan.
Jakarta, 30 Oktober 2015
Pembahasan
- Jenis tulisan di atas merupakan sebuah persepsi social yang berlangsung pada diri penulis untuk mengetahui dan mengevaluasi orang lain. Kesan yang terbentuk berdasarkan pengalaman atau informasi yang tersedia di lingkungan, sikap kita terdahulu tentang rangsang-rangsang yang relevan dan mood kita saat ini.
- Mengenai kisah pertama….kita dapat menangkap bahwa komunikasi non verbal dari pria itu terhadap istrinya membuat penulis memberikan kesimpulan bahwa ia adalah pria penyayang keluarga. Meskipun merupakan pebisnis dan orang yang serius tetapi dari gesture yang ditunjukkan mampu membuat penulis menafsirkan sosoknya.
- Sementara kisah kedua, sosok penjilat menggunakan relational self dalam mendefinisikan dirinya. Mentang-mentang kawan bos besar, langsung bertingkah layaknya seorang bos. Ia seolah memiliki tujuan presentasi diri yang Ingratiation dan Intimidation. Bisa jadi ia juga memilih-milih identitas dirinya. Ia cenderung bossy dengan kalangan staff restoran, tetapi ia diam dan menjadi penyimak ketika duduk bersama dengan pada pebisnis kawakan. Hal ini dipengaruhi oleh faktor konteks sosial dan situasi.
- Kisah kedua dan ketiga sama-sama menyangkut hubungan interpersonal dalam ranah cinta, pernikahan dan perselingkuhan. Menurut Izard, cinta dapat mendatangkan segala jenis emosi, baik yang menyenangkan maupun menyakitkan. Cinta memiliki passion, intimacy, dan commitment. Alasan dilakukannya pernikahan ialah karena adanya cinta dan komitmen yang dibagi bersama pasangan sehingga pasangan memiliki hasrat untuk membagi dirinya dalam hubungan yang berlanjut dan hangat. Perselingkuhan sendiri terjadi karena beragam alasan yang dikemukakan baik oleh suami maupun istri. Beragam faktor seperti companionship dengan wanita lain, variasi seksual, untuk sekedar kesenangan, atau faktor ketertarikan pada yang jauh lebih muda, juga kebosanan dalam pernikahan, dan lain-lain. Istri cantik, anak sudah ada, harta melimpah, apa yang kurang? Rasa syukur dan keterbukaan komunikasi antar pasangan. Bisa jadi dengan kurangnya integritas sosok suami di mata istri, sehingga suami merasa lebih dihargai oleh perempuan lain. Pun sebaliknya. Bisa juga karena merasa kaya raya, sehingga beranggapan mampu membeli semuanya termasuk kesenangan birawi bahkan cinta. Nonsense! Rasa egois dan minimnya keterbukaan komunikasi, serta keikhlasan menerima. Kalau hal itu bisa dibangun dengan kokoh, rasanya pernikahan akan baik-baik saja. Satu hal lagi yang menyetrum pikiran saya adalah, boleh jadi perselingkuhan itu adalah bentuk tren baru. Sebuah terobosan gaya hidup. Bahwa jika pria tidak memiliki seorang perempuan simpanan, ia dianggap tidak bisa menerima resiko, atau ia dianggap sok suci dan lain sebagainya. Kembali lagi, sampai sejauh mana seseorang memiliki self concept, dan positive self esteem.
- Beragam pro-kontra mengenai hal ini begitu santer terdengar. Sebagian memandang sebagai hak/pilihan hidup seseorang, sebagian memandang sebagai perbuatan amoral.
Kerangka Kerja Teoretik
Penyebab Seseorang Menjadi Gay:
- Teori Biologis : Perbedaan adalah sesuatu yang dibawa lahir
Banyak gay yang menyatakan bahwa orientasi seksual yang dimiliki adalah hasil yang muncul dari faktor biologis, sehingga mereka idak memiliki kendali ataupun pilihan terhadap orientasi seksualnya.
Menurut pandangan biologis penyebab seorang pria menjadi gay adalah:
- Faktor Genetik
Kallman (dalam Maters, 1992), melaporkan bahwa kondisi homoseksualitas adalah kondisi genetik. Kesimpulan ini diambil dari penelitian yang dilakukan terhadap kembar yang identik dan kembar fraternal. Penelitian menemukan jika salah satu saudara kembar adalah seorang gay, kemungkinan saudara kembarnya juga adalah seorang gay. Penelitian lainnya menemukan bahwa gay dapat diturunkan, jika dalam sebuah keluarga ada seorang gay, gay tersebut juga memiliki cenderung memiliki saudara laki-laki, paman atau sepupu yang juga gay.
- Faktor Hormonal
Menurut teori ini, hormon seks berperan dalam menentukan orientasi seksual seseorang (Savin-Williams & Cohen, 1996). Hormon testosteron ditemukan lebih rendah dan hormon estrogen lebih tinggi pada seorang gay (Meyer et al, dalam Masters,1992). Hasil penelitian lain menemukan gay memiliki tingkat androgen yang lebih rendah dibandingkan pria straight.
- Urutan Kelahiran
Berdasarkan penelitian hubungan urutan kelahiran dengan kecenderungan pria menjadi gay ditemukan seorang gay cenderung lahir pada urutan terakhir dengan memiliki saudara laki -laki tetapi tidak memiliki saudara perempuan (Caroll, 2005).
- Teori Perkembangan
– Pandangan Sigmund Freud
Freud yakin bahwa homoseksualitas merupakan hasil dari kelanjutan predisposisi mengenai manusia yang terlahir dengan keadaan biseksual. Dibawah lingkungan biasa, psikoseksual berkembang pada masa kanak-kanak yang berhadapan dengan kehidupan heteroseksual, tetapi pada kondisi lingkungan tertentu, perkembangan yang normal mengalami gangguan dalam tahap “ketidakmatangan”, dan menghasilkan homoseksualitas dalam masa dewasa (Masters, 1992). Freud yakin ada satu tahap dalam perkembangan manusia yang tertarik kepada jenis kelamin yang sama, dan kebanyakan kaum homoseksual melewati masa tersebut beberapa tahun sebelum masuk ke dalam masa pubertas (Savin-Williams & Cohen,1996). Pada homoseksual, perkembangan tersebut dialami lebih lambat bila dibandingkan dengan orang normal pada umumnya, dan mengalami fixasi dalam tahap ketertarikan kepada jenis kelamin yang sama. Fixasi tersebut terjadi karena keadaan ibu yang terlalu dominan, juga karena ayah yang terlalu dominan. Homoseksualitas juga dapat disebabkan trauma pada masa kanak-kanak, dimana selama masa kanak-kanak awal mendapatkan penyiksaan dari saudara kandung, teman bermain ataupun orang dewasa (Cameron dalam Savin-Williams, 1996).
- Bieber’s Model
Bene (dalam Masters, 1996) menyatakan seorang gay memiliki hubungan yang kurang dengan ayahnya dibandingkan dengan pria straight. Greenbal (dalam Masters, 1992) menemukan ayah dari seorang gay bersifat dominan, tidak protektif, sementara ibu seorang gay memberikan perlindungan dan dominansi yang berlebih-lebihan). Pendapat Marmor (dalam Masters,1992) mengenai gay, gay bisa juga muncul dari keluarga dengan kondisi jauh dari ibu, atau ibu yang pemarah, terlalu dekat dengan ayah, tidak memiliki ayah atau ibu yang ideal, dan ketidakberadaan figur ayah atau ibu.
- Teori Behavioral
Teori behavioral menekankan pada homoseksualitas yang muncul karena proses belajar (McGuire et al dalam Masters, 1992). Homoseksual muncul karena adanya penguatan positif atau reward terhadap pengalaman homoseksualitas dan hukuman atau penguatan negatif terhadap pengalaman heteroseksualitas.
Masters (1992) menyatakan teori behavioral juga menduga pada masa dewasa dini seorang heteroseksual bisa berubah menjadi homoseksual. Menurut Feldmen dan MacCulloch (dalam Masters, 1992), jika seseorang mengalami pengalaman heteroseksual yang tidak menyenangkan kemudian mendapatkan penguatan dalam pengalaman homoseksualitas, ada kemungkinan heteroseksual tersebut akan menjadi homoseksual.
Pria homoseks dikenal dengan sebutan “gay”, dan wanita homoseks dikenal dengan sebutan “lesbi”. Untuk saat ini, kaum gay-lah yang banyak disoroti oleh masyarakat karena perilaku kaum gay terlihat sangat tidak wajar dibandingkan perilaku kaum lesbi. Orang akan menilai wajar apabila melihat dua orang wanita yang saling bergandengan mesra bahkan bila melihat sepasang wanita saling berciuman pipi di tempat umum. Perilaku tersebut akan dinilai lain apabila dilakukan oleh sepasang laki-laki, orang awam akan merasa risih atau heran dengan perilaku mereka, bahkan tak jarang hal ini akan menjadi buah bibir dan bahan cemoohan bagi masyarakat kebanyakan. Meskipun begitu, nampaknya kaum homoseks tidak lagi malu-malu dalam mengakui jati diri mereka, hal ini terbukti dengan berdirinya Kelompok Kerja Lesbian dan Gay Nusantara (KKLGN) pada tanggal 1 Agustus 1987, oleh Dede Oetomo beserta pasangannya Rudy Mustapha. KKLGN menjadi suatu organisasi gay dan lesbi yang bertujuan utama agar kaum gay, lesbi, dan waria dapat diterima sebagai kelompok yang hak dan kewajibannya sama dengan kaum heteroseksual di masyarakat Indonesia. (Danis, 2011)
6. Para Gangster/Mafia Judi di Indonesia.
Kelompok adalah dua tau lebih orang yang memersepsi dan dipersepsi sebagai satu kesatuan, ada interaksi dan saling ketergantungan untuk mencapai tujuan bersama serta merasa sebagai satu kelompok. Berbagai alasan individu bergabung dalam kelompok antara lain karena proksimitas, kesamaan minat, sikap atau keyakinan, interpedensi intuk mencapai suatu tujuan tertentu, dukungan timbal balik yang positif dan kenikmatan berafiliasi, dukungan emosional, serta untuk mendapatkan identitas sosial. Peran, status, jaringan komunikasi, norma, kohesivitas dan sosialisasi kelompok merupakan komponen yang dapat mempengaruhi tingkah laku anggota kelompoknya.
7. Para Tamu yang bisa berwajah dua dengan staff dan Chef, Kisah Bule yang mengundang perbandingan sosial. Tamu merasa jika bicara dengan Chef dianggap lebih baik, lebih bergengsi dan sebagainya. Begitu pula dengan Bule yang senang bergonta ganti pasangan selain bentuk presentasi diri self promotion bahwa ia bule yang mudah mendapatkan perempuan, dan membodoh-bodohi perempuan. Begitu juga denga gadis-gadis Indonesia yang dengan bangganya merasa bisa menggaet seorang bule. Padahal selain simbiosis mutualisme, orientasi yang berbeda dengan cinta, passion, dan komitmen.
8. Pun dengan kisah seorang yang dapat memilih bagaimana ia bersikap. Baik pada satu orang, lalu angkuh terhadap yang laiinya. Semua berkaitan dengan self concept, self esteem, dan self presentation. Setiap individu berusaha untuk mengontrol bagaimana orang lain berpikir tentang mereka, dengan memunculkan self presentation dengan beragam tujuan yang ingin dicapai.
Reblogged this on manan konseling.
LikeLike