Personal Literature

Breakable Mobius

Seutas tali mobius yang pernah mengaitkan kita berdua, ternyata akhirnya terputus juga. Dulu pernah kamu mencoba untuk menyambungnya lagi berulang kali dan tidak bisa. Aku pun berusaha menyambungnya kembali, dan aku tidak bisa.

Mobius itu pernah menjadi satu hal yang benar-benar mendekatkan kita bukan? Dengan dalih menentukan takdir kita sendiri untuk disetujui oleh Tuhan. Kita pernah menjadi sepasang yang bersikeras menyatukan dan menetapkan pilihan kita yang bernama komitmen.

Dan ternyata mobius itu tidak sekuat yang kita kira. Ternyata mobius kita bisa putus. Tali itu tak sekuat yang kita kira setelah terpilin selama beberapa tahun terakhir. Seperti pemutih kain yang merapuhkan pilinan kain yang kuat. Entah bagaimana cara yang di luar bayangan kita ini, bisa memberaikan kita diantara mobius yang tak lagi terjalin.

Kemarin hujan deras sekali. Membawa ingatanku padamu di suatu senja entah senja yang mana. Dingin seiring surat darimu yang sampai di berandaku. Surat balasan dari sekian banyak surat yang aku tidak tahu bahwa kamu akan membacanya. Balasan yang membuatku menangisi kembali apa yang sudah terlepas. Menangis bahagia bahwa akhirnya kamu menuliskan surat itu untukku. Menangis bahwa ternyata akhirnya aku bisa merasakannya. Merasakan bahwa aku termasuk cukup bodoh untuk menulis puluhan surat ke alamat yang setahuku kamu tidak ada di sana sejak tahunan lalu.

Lagu-lagu melankolis menemaniku dengan setia, sama seperti masa-masa kelam sebelumnya. Ada selipan lirik yang ternyata sama seperti senandungku akan kamu. Senandung lagu cinta, yang baiknya kukubur dengan tangisan dan senyuman. Pahit memang, menangisi our breakable mobius. 

Tali mobius ini hanyalah pilinan kenangan bertahun-tahun kita. Sama seperti batu yang keras tentunya hanyalah berisi pasir dan air yang mengendap dan dapat luruh kembali. Semoga dengan rasa ini, rasa kita yang sudah berbulan-bulan saling mengkhianati hasrat, dapat membiarkan mobius kita kembali menjadi utasan benang kenangan yang lurus dan tak kusut. Kembali seperti menemui muara.

“I don’t believe in magic” katamu suatu hari
“I don’t do magic, honey. I do premonitions” ujarku padamu kala itu dengan senyum termanisku.

Dan tak kusangka ‘penglihatan’-ku justru menuntun kita pada ambang perpisahan yang mudah sekaligus pelik, melegakan sekaligus menyakitkan, menuai senyum sekaligus luka yang mendalam. Singgasanaku hancur dalam hatimu. Dan singgasanamu dalam hatiku masih ada. Retak dan menunggu tiupan angin sang hermit untuk menumbangkannya, namun aku bersikukuh mempertahankan letak singgasanamu.

Ah, kemarin hujan, dan hari ini udara membawa aromamu yang khas diantara ketiadaanmu di sisiku. Udara sering bercanda denganku, dengan mengirim aromamu padaku. Udara mengejekku yang sudah lama tak mengobrol dengan mereka. Mungkin mereka cemburu padamu yang bertahun-tahun menjadi fokus pandanganku. Dan kini ketika kesunyian senyap dan lindap mengisi relungku, aku kembali pada udara, tanaman, bunga, pohon, dan kucing-kucing dekat rumahku. Aku kembali bicara pada mereka, dan kini mereka sedikit membalaskan dendam padaku dengan mengejekku. Mereka memainkan memori kita. Mungkin kini menjadi memoriku seorang.

Aku yang menolak lupa akan setiap memori yang kita lalui. Aku yang menolak semua kesedihan. Namun, aku tetap melaluinya.

Akhirnya kita berjalan masing-masing. Hanya saja, ingatlah kelak. Bahwa aku pernah ada dalam jajaran impianmu, aku pernah menjadi yang paling kuat mendampingimu, paling rela dengan apapun yang terjadi, aku pernah manjadi seseorang yang begitu kamu rindu.

Karena aku tidak pernah lupa. Bahwa kamu juga menjadi bagian penting yang tak terelakkan, membahagiakan sekaligus menyesakkan dada. Dan aku tidak pernah menyesali itu.

Ingat, bahwa dibawah rinai hujan kita pernah berbagi tawa, canda, tangis bersama. Dan seiring kenangan itu berlalu, penglihatanku semakin tak terelakkan.

“down deep into you amid the love and terror of breakable mobius”

ribbon

Advertisement

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s