Ada desir di dalamnya …
Rona pipi yang tak bisa disembunyikan lagi
Aku berhenti dan jatuh tepat karenamu
Ada yang mendesis dalam dada
Mengerang ingin berlari memelukmu dalam nyata
Bicara, dan menghempaskan gusar yang kerap melandaHanya mendengar suaranya,
yang dalam, berat, dan penuh kepastian
Aku haqqul yakin
Aku jatuh cinta pada pemilik suara ini
Kamu yang di sana
dengan segudang mimpi dan aksi yang memukau penglihatan
yang digandrungi ribuan perempuan yang berharap kamu melabuhkan seutuhmu pada mereka
mereka yang demikian cantik dan cakap
Aku tidak kuasa melihatmu terus menerus
Mendengarkanmu berceloteh tentang asa dan nyata
Aku hanya diam dan tersipu memerah ketika kamu bilang kaget melihatku yang tiba-tiba menyapamu
Kamu tidak tahu aku sudah hamper terberai karena gugupnya
Hei Kamu…
Yang menjadi alasanku menyenandungkan lagu
Yang namamu ada di tengah suara gemercik air dalam puisiku
Aku ingin kelak kamu tahu bahwa kamu adalah alasan terindahku untuk membuka lembaran baru
Karenamu…
biarlah rasa ini mengalir sebagaimana mestinya
biarlah rasa ini membawa alun hatiku perlahan
dalam muara yang tak tahu dimana.
Teruntuk kamu yang bersinar agung mencerdaskan dalam berkahNya
Jakarta, 22 September 2016